Kamis, 17 November 2011

Is All About Love


TEMA    : TENTANG CINTA
JUDUL   :  SWITER KUNING  IBU
                Minggu ini setiap kali berkumpul dengan teman-teman tongkrongan yang menjadi  bahan pembicaraan adalah Switer kuning yang sedang  trendy. Saat melintasi pasar atau Mall dan pusat perbelanjaan yang lain matakupun disilaukan dengan deretan switer berwarna kuning. Yang membuat mata ku terpukau dan hatiku ingin sekali memilikinya. Tetapi, aku tahu harganya sangat mahal ibuku tidak mungkin membelikannya untukku. Yah…ibuku hanya seorang ibu rumah tangga biasa yang tidak memiliki penghasilan .sedang Ayahku hanya seorang pekerja serabutan. Untuk biaya sekolahku pun ibu kepusingan.
                Waktu terus berjalan dan berkali-kali aku merengek pada ibu untuk dibelikan tapi jawabannya selalu basi…’’sabar yah nak…kalau ada uang pasti ibu belikan”.”hmmm, tapi sampai kapan bu aku mesti sabar  temen-temanku yang lain sudah memiliki aku malu bu diperolok terus karena kata mereka switer yang kupunya ga gaul ga funky dan lusuh. Tentunya musim hujan begini aku makin keren kalau pakai switer itu”.bentak dan rengekku pada ibu sedikit memaksa. Kalau sudah begini biasanya ibu Cuma terdiam dan terlihat ingin menangis…sedih juga aku melihatnya tetapi bayangan ingin memiliki switer tersebut selalu menari-nari dibenakku.
                Hari ini langit begitu mendung padahal sebentar lagi akan pulang sekolah.hmmm…mudah-mudahan saja aku tidak kehujanan fikirku. Tapi, doaku ternyata tidak terkabul hujan mengguyur deras sekali. Tiba-tiba terbayang switer kuning yang aku inginkan pasti akan hangat kalau kupakai hujan-hujan begini. Terpaksa aku harus menunggu di sekolah sampai hujan berhenti karena aku tidak membawa payung. Sementara teman-temanku sudah dijemput orang tuanya ada yang pakai mobil dan motor. Bahkan ada juga yang berlari-lari sambil main hujan sambil memamerkan switer baru miliknya.  Pemandangan itu, makin membuatku kesal karena aku tidak bisa seperti mereka. Aku hanya berdiri menggigil kedinginan diteras sekolahku sampai kemudian dikelebatan hujan kulihat seorang wanita setengah baya membawa sebuah payung berlari menghampiriku. Ah…ternyata itu ibuku membuat ku berhenti melamun. “kenapa belum pulang nak, ibu dari tadi menunggu?”sambil menyodorkan payungnya menutupi air hujan yang mengguyur seragamku.
                Kulihat ibu menggigil menahan dingin tapi payungnya seolah diutamakan untukku sambil terus mendekapku erat dan sepertinya dia tidak rela setetes air hujan pun mengenai aku. Dalam perjalanan pulang tiba-tiba saja keinginanku untuk memiliki  switer kuning hilang. Dekapan hangat ibu tentu lebih hangat dari switer itu fikirku. Kendaraan yang dipakai kawan-kawanku tentu tak sehebat langkah kaki dan pundak ibu. Mesti berjalan kaki, ibu tetap perduli padaku dan melindungiku. Perjalanan hari ini menyadarkanku bahwa kehangatan dan kasih sayang ibulah yang paling kuperlukan, bukan switer kuning  yang seminggu ini ada dibenakku.”terimakasih bu…maafkan aku”bisikku ditelinga ibu yang mungkin tidak terdengar karena rintik hujan. Beliau hanya tersenyum penuh ketulusan.” Ya Tuhan aku berjanji tidak akan lagi melukai hatinya . berilah kedua orang tuaku kesehatan agar senantiasa mengiringi langkahku…amien”doaku dari dalam hati.

1 komentar: